Selasa, 09 Desember 2008

Analisis Interpretasi Lirik Lagu "Ayam Den Lapeh"

Analisis Interpretasi Lirik Lagu “Ayam Den Lapeh”
Oleh: Desyandri

A. Pendahuluan
Di wilayah Indonesia banyak sekali terdapat kebudayaan-kebudayaan daerah, yang menggambarkan ciri khas masing-masing daerah-daerah seperti kebudayaan Jawa, Sunda, Dayak, Asmat dan lain-lain dan begitu juga halnya kebudayaan yang berkembang di daerah Sumatera Barat yang dikenal dengan kebudayaan Minangkabau yang mempunyai sistem tata nilai (normative) yang meliputi perbedaan kebudayaan dan sistem masyarakat pada daerah Sumatera Barat itu sendiri.
Kekayaan kebudayaan daerah yang dimiliki tersebut tidak akan ada artinya tanpa adanya usaha dalam melestarikan dan mengabadikannya ke dalam suatu bentuk pendokumentasian serta mengapresiasikan kebudayaan tersebut. Usaha untuk melestarikan kebudayaan merupakan tindak lanjut bagi pelaksanaan wawasan nusantara, seperti yang dikemukakan oleh Miharja (1984); “Setiap kebudayaan yang hendak diwariskan kepada suatu angkatan tidak bias diterima secara pasif apabila kebudayaan itu mau segar bertunas serta hidup terus dengan subur”.
Pelestarian bukan saja dalam artian selalu memperlihatkan peragaan kebudayaan tersebut kepada masyarakat, akan tetapi juga didukung dengan mempelajarinya secara akademik, baik itu pendidikan formal maupun non formal. Sekolah Dasar (SD) merupakan sasaran yang tepat untuk lebih mengenalkan kebudayaan-kebudayaan daerah tersebut, apalagi yang berhubungan dengan kesenian, karena anak-anak atau siswa Sekolah Dasar dalam tugas perkembangannya masih dominan melakukan kegiatan belajar sambil bermain.
Melihat perkembangan dan proses pembelajaran pada Seni, Budaya, dan Keterampilan (SBK) di sekolah dasar masih belum berjalan sesuai dengan aturan yang ditetapkan Diknas. Khususnya pada bidang seni musik masih banyak ditemukan permasalahan seperti halnya jam pelajaran seni musik yang digantikan dengan jam pelajaran lain, penguasaan materi dan kemampuan seni musik yang kurang bagi sebagian guru-guru sekolah dasar. Dan pada bagian lain guru-guru belum secara maksimal memanfaatkan lagu sebagai karya seni untuk dijadikan sebagai media ataupun bahan untuk membelajarkan siswa agar mereka bisa mengerti dan paham tentang seni musik, budaya dan peradaban yang telah terjadi pada masa penciptaan karya musik tersebut. Pada hal diketahui bahwa tingkat perkembangan anak seusia sekolah dasar masih berada dalam taraf proses pembelajaran yang menyenangkan sambil mereka mendapatkan pengetahuan dari lagu tersebut.

B. Identifikasi dan Rumusan Permasalahan
Berdasarkan pendahuluan di atas dapat diidentifikasi permasalahan pembelajaran seni musik di sekolah dasar seperti, jam pelajaran seni musik yang digantikan dengan jam pelajaran lain, penguasaan materi dan kemampuan guru-guru kesenian khususnya seni musik yang masih kurang, serta penggunaan lagu sebagai sebuah karya seni musik yang mempunyai unsur musik dan lirik lagu dalam memberikan pemahaman dan interpretasi terhadap lirik lagu khususnya lagu Minang.
Untuk lebih memfokuskan permasalahan yang berkaitan dengan kajian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Bagaimana penggunaan lagu minang pada proses pembelajaran seni musik di sekolah dasar?
2. Bagaimana analisis musik terhadap lagu Ayam Den Lapeh?
3. Bagaimana analisis lirik lagu Ayam Den Lapeh?

C. Metodologi
Penelitian ini dilakukan dengan metodologi menggabungkan studi kepustakaan dengan keberadaan lagu Ayam Den Lapeh di lapangan. Rancangan penelitian menggunakan pendekatan deskriptif kualitatif. Objek penelitian adalah lirik lagu Ayam Den Lapeh. Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara observasi, wawancara berperanserta. Observasi dilakukan dengan melihat keberadaaan lagu Ayam Den Lapeh yang sering dibawakan atau dinyanyikan di hotel-hotel, pesta-pesta instansi, dan di pesta-pesta pernikahan serta pada acara penyambutan tamu-tamu kenegaraan. Wawancara dilakukan dengan pakar-pakar seni musik kota Padang atau seniman yang hidup semasa lagu tersebut dipopulerkan waktu pertama kalinya, hal ini dilakukan untuk mengetahui sejarah ataupun kebudayaan yang bergulir pada saat itu, sehingga memudahkan dalam menginterpretasikan lirik lagu tersebut.
Data-data yang terkumpul dianalisis dengan menyimpulkan hasil studi kepustakaan dan dikaitkan dengan khazanah ilmu musik dan ilmu bahasa yang mendukungnya, memberikan simpulan dan memberikan saran kepada guru sesuai dengan objek yang diteliti. Analisis data adalah untuk menemukan makna, karakteristik dan isi dan suasana yang terdapat pada objek penelitian.
D. Pembahasan
Kesenian terdiri dari berbagai macam bentuk diantaranya adalah seni musik, seni tari, seni drama/teater, seni rupa dan lain sebagainya. Semua bentuk kesenian tersebut dalam pengungkapannya mempunyai gaya, spesifikasi ,dan karakteristik masing-masing bentuk seni. Pengetahuan seni musik tidak hanya terbatas pada teknik atau cara penyajian instrument musik kepada masyarakat penikmat, akan tetapi ruang jelajah seni musik itu sendiri dalam wujud seni sangatlah universal.
Musik mengungkapkan berbagai macam ide, gagasan yang diangkat dari sebuah peristiwa sosial, alam dan situasi tertentu. Kesemuanya itu perlu adanya olahan perasaan dan inteligensi yang cermat sehingga pembuatan ataupun pemahaman terhadap seni musik tersebut dapat mencapai tingkat yang sempurna. Salah satu usaha untuk meningkatkan pengetahuan tentang seni musik diperlukan analisis lirik/syair dan analisis musik serta analisis hubungan antara musik, lirik/syair dengan sistem sosial ataupun budaya masyarakat yang berkembang pada saat seni musik itu diciptakan.
Pada pembahasan ini dititik beratkan kepada karya seni musik yang berbentuk sebuah lagu dengan judul “Ayam Den Lapeh” ciptaan Abdoel Hamid tahun 1952 yang dipopulerkan oleh Elly Kasim denga musik pengiring Gumarang Grup dipimpin oleh Asbon Madjid. Lagu ini merupakan salah satu lagu daerah Sumatera Barat yang sampai sekarang ini masih lekat di hati masyarakat baik Sumatera Barat (Minangkabau), Indonesia, Asia Tenggara, dan bahkan terkenal sampai ke dunia internasional. Hal inilah yang menjadi pertanyaan, kenapa lagu yang sudah begitu lama masih dikenal masyarakat sampai sekarang, dibanding dengan lagu-lagu masa sekarang hanya dikenal masyarakat dalam waktu yang tidak begitu lama (satu atau dua tahun). Dengan adanya permasalahan di atas, maka untuk mengetahui penyebab kebertahanlamaan lagu Ayam Den Lapeh dikaji dari segi kekuatan lirik/syair lagunya.
Sebuah lagu merupakan manifestasi dari pikiran dan perasaan pencipta lagu dalam memunculkan tata nilai yang dihayati sebagai filosofi kehidupannya. Tata nilai tersebut sejalan dengan pesan atau maksud yang terdapat pada isi lirik lagu tersebut. Dan untuk mengetahui maksud dari sebuah lagu akan lebih mudah dipahamai melalui unsur lirik lagu, yang menggambarkan karakteristik atau ciri khas yang dimiliki lagu.


E. Analisis Interpretasi Lirik Lagu Ayam Den Lapeh
Lirik merupakan salah satu unsur sastra seperti yang dikemukakan oleh M. Atar Semi (1988:106); Lirik ialah puisi yang sangat pendek yang mengungkapkan emosi. Lirik juga dapat diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, karena ia disusun dalam susunan sederhana dan mengungkapkan sesuatu yang sederhana pula. Dan pada bagian lain dikemukakan oleh Miller (t.t.:91) melalui Brahmantyo; Secara jelas perbedaan yang paling besar antara medium instrument dan medium vocal adalah kemampuan vocal untuk menyampaikan ide melalui kata-kata. Teks atau syair memiliki hubungan yang rapat di dalam komposisi vocal. Kualitas bahasa membawa pengaruh yang berarti atas bunyi vocal.
Selanjutnya akan dilakukan analisis lirik lagu Ayan Den Lapeh ciptaan Abdoel Hamid (1952), yaitu lirik lagu Ayam Den Lapeh yang asli sebelum mengalami perubahan, yang meliputi unsur musikalitas lirik, isi lirik dan suasana yang dihadirkan oleh lirik lagu tersebut sebagai berikut:
1. Analisis Musikalitas Lirik
Lirik yang terdapat pada sebuah lagu karya seni musik sama halnya dengan tatanan ataupun unsur-unsur yang ada pada Bahasa dan Sastra Indonesia, seperti di dalam seni musik dikenal dengan bunyi, nada, not, irama, motif, frase, kalimat musik dan lagu secara keseluruhan. Dengan kata lain untuk memperindah sebuah karya sastra diperlukan dinamika dan tempo yang akan mewarnai karya-karya tersebut. Hal itu dapat kita lihat pada tabel perbandingan Seni Musik dan Bahasa Indonesia di bawah ini:


1. Seni Musik
Nada/Not
Motif
Frase
Kalimat Musik
Lagu Secara Keseluruhan
2. Bahasa Indonesia

Huruf
Kata
Frase
Kalimat
Karya Sastra
Jamalus (1992:103)
Unsur seni musik diantaranya adalah bunyi yang sudah teratur (not/nada), sedangkan unsur bunyi pada lirik lagu Ayam Den Lapeh dapat dilihat dari segi bentuk lirik lagu yang tergolong kepada puisi-sajak dengan beberapa cara, diantaranya adalah dengan menentukan rima atau sajak akhir. Secara sederhana rima berarti persamaan bunyi. Menurut Slamet Muljana (t.t) dalam Pradopo (1987:167) mengemukakan rima atau sajak adalah pola estetika bahasa berdasarkan ulangan suara yang diusahakan dengan kesadaran. Sedangkan irama secara sederhana dikemukakan oleh Doreski (1988:167) dapat diartikan sebagai pengulangan bagian bunyi secara teratur, atau irama adalah pengulangan bunyi yang ditekan atau tidak ditekankan. Sebuah lagu terdiri dari beberapa kalimat musik dengan jumlah yang bermacam-macam seperti juga kalimat-kalimat pada puisi/sajak. Hal ini juga dipertegas oleh ciri-ciri sajak yang lebih bersifat satuan irama, satuan bunyi. Kedua hal ini akan memberikan keindahan atau estetika dalam sebuah karya musik atau sastra.
Lirik lagu Ayam Den Lapeh terdiri dari empat bait seperti tertulis di bawah ini:
Ayam Den Lapeh
Ciptaan: Abdoel Hamid (1952)
Luruihlah jalan Payokumbuah
Batimba jalan Batang Kapeh
Harilah patang tangan den kumuah
Ayam den lapeh oi...oi ayam den lapeh

Tuwek tabali tunjang hilang
Gigilah habih rawan murah
Awaklah tuo gadih musim
Lah malang denai, oi... oi... lah malang denai

Siku capang siku capeh
Saikua tabang saikua lapeh
Tu dikaja iko lah lapeh
Lah abu dingin

Siku Capang siku capeh
Saikua Tabang ka baringin
Tu dikaja iko lah lapeh
Malapeh hawo
Oi... oi... ayam den lapeh Oi... oi... ayam den lapeh
a) Bait Pertama
Pada bait pertama lagu Ayam Den Lapeh mempunyai huruf akhir h-h-h-h atau dapat dikatakan bahwa liril lagu pada bait pertama memakai pola rima atau sajak A-A-A-A. Dan pada baris ke empat terjadi pengulangan bunyi, yaitu Oi... oi... ayam den lapeh, Oi... oi... ayam den lapeh. Hai ini dikemukakan pencipta sebagai penegasan maksud.
b) Bait Kedua
Pada bait kedua mempunyai huruf akhir g-h-m-i. Dengan demikian pola rima atau sajak akhir yang digunakan adalah pola A-B-C-D. Pada baris ke empat juga dilakukan penguatan seperti yang dilakukan pada baris ke empat bait pertama dengan maksud yang sama yaitu untuk memberikan penguatan terhadai makna pantun.
c) Bait Ketiga
Bait ke tiga lagu Ayam Den Lapeh mempunyai pola huruf akhir pada setiap baris/kalimat lagu, yaitu h-n-h-n. Berdasarkan hal tersebut maka pada bait ke tiga lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola rima A-B-A-B (sama dengan pola rima bait pertama). Tetapi yang membedakannya dengan bait pertama adalah pada bait ke tiga tidak digunakan pengulangan bunyi/kalimat.
d) Bait Keempat
Bait terakhir lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola huruf akhir h-n-h-o, dengan kata lain mempunyai pola rima/sajak akhir A-B-A-C. Dan dilakukan penguatan ataupun penegasan maksud pantun yang ditandai dengan pengulangan kalimat lagu.
Kalau diperhatikan hasil analisis pola rima/sajak di atas, dapat disimpulkan bahwa lirik lagu Ayam Den Lapeh menggunakan pola rima/sajak yang tidak teratur dan secara keseluruhan lirik lagu tersebut dapat digolongkan ke dalam bentuk sanjak atau sajak. Jakob Sumarjo (dalam Nil Ikhsan 1992:48) mengemukakan tentang pengertian atau batasan sanjak/sajak, yaitu sanjak dan sajak lebih menekankan pada bentuk, bunyi ditekankan pada huruf terakhir di setiap kalimat, mempunyai kesamaan bunyi pada huruf yang terakhir dan berpasangan seperti pada bunyi pantun, ada yang bebas dari persamaan bunyi asal ada irama dan sebagainya, maka bentuk ini disebut dengan sajak.
2. Analisis Isi Lirik
Lagu merupakan penuangan ide, gagasan pencipta lagu ke dalam bentuk karya musik/lagu dan dilengkapi dengan lirik yang membantu para penikmatnya untuk mengetahui maksud apa yang akan dituangkan oleh pencipta lagu tersebut. William Blake (t.t) dalam Guntur Tarigan (1984), menyatakan bahwa penyair/pencipta lagu adalah orang yang dapat melihat masa kini, masa lalu, dan masa depan dengan imajinasinya yang kuat. Dan diperkuat lagi oleh Pradopo (1987:7 dalam Hasanudin WS 2002:34) bahwa sajak dibentuk oleh beberapa unsur, antara lain emosi, imajinasi, pemikiran, ide, nada, irama, susunan kata-kata, kata-kata kiasan dan kepadatan. Semua itu terungkap dalam unsur bahasa.
Pada analisis isi lirik lagu Ayam Den Lapeh hanya betitik tolak kepada maksud ataupun permasalahan yang disampaikan pencipta lagu lewat karya sastra yang terlahir ke dalam setiap bait-bait pantun lagu.
a) Bait Pertama
Sanjak/sajak terdiri dari dua bagian, pertama: bagian sampiran, yang berisikan kiasan, kedua: bagian isi, yang menyatakan maksud ataupun makna sajak tersebut. Maksud yang ingin disampaikan oleh pencipta pada bait pertama ini adalah sindiran kepada kekasihnya yang diibaratkan atau diumpamakan dengan kata ”ayam”. Alasan pencipta memakai kata tersebut adalah sebentuk pelampiasan kekecewaan hati pencipta yang mengakibatkan pencipta tersebut menggunakan kata-kata kasar. Kata sindiran ”ayam” merupakan kata-kata kasar, yang maksudnya adalah mengibaratkan seorang perempuan yang suka berganti-ganti pasangan.
Pada bagian isi pantun yang terdapat pada bait pertama dinyatakan harilah patang tangan den kumuah dan oi... oi... ayam den lapeh, oi... oi... ayam den lapeh, maksudnya bahwa usaha yang dilakukan dengan melewati berbagai macam tantangan dan dalam waktu yang lama ternyata tidak membawa hasil seperti yang diharapkan atau dengan kata lain hanya pekerjaan yang sia-sia saja). Dan pada kalimat akhir dilakukan lagi penegasan dengan pengulangan kalimat, dan hal ini juga menyatakan kekecewaan yang mendalam yang dialami pencipta.
b) Bait Kedua
Kata ”tuwek” pada baris pertama mempunyai arti bagian dati kaki sapi sedangkan kata tunjang mempunyai makna kulit sapi yang terdapat pada kaki sapi. Kalimat ”tuwek tabali tunjang hilang” maksudnya bahwa seseorang yang benar-benar kehilangan akan apa yang sangat ia butuhkan. Sedangkan kalimat ”oi... lah malang denai” maksudnya adalah penyesalan ataupun meratapi nasibnya yang sudah malang. Pada kalimat baris kedua ”awaklah tuo rawan murah” sama artinya dengan ”sasudah cakak takana silek” maksudnya adalah sesuatu yang datang belakangan atau penyesalan yang tiada artinya.
Berdasarkan analisis isi lirik bit kedua mengandung maksud penyesalan yang diungkapkan oleh pencipta lagu dan kemalangan yang menimpa dirinya dengan kepergian orang yang dia sayangi.
c) Bait Ketiga
Pada bait ketiga mengandung maksud peristiwa yang dialami oleh orang yang ia (pencipta lagu) sayangi, yaitu usaha yang dilakukan kekasihnya juga tidak seperti yang diharapkan kekasihnya. Maksud hati ingin mencari jodoh yang lain tetapi jodohnya lepas dan si pencipta juga ditinggalkan. Dan ditegaskan lagi oleh kalimat ”lah abu dingin” maksudnya ”Nasi sudah jadi bubur”.
d) Bait Keempat
Pada bait keempat merupakan penguatan dari maksud yang diceritakan pada bait keetiga, tetapi menggunakan kata-kata yang lebih kasar lagi. Hal ini dinyatakan dengan kalimat ”malapeh hawo”, maksudnya sesuatu yang tidak bisa diperjuangkan lagi.
Berdasarkan lirik lagu tersebut di atas dapat juga disimpulkan bahwa lirik tersebut juga memakai kata bermajas. Caranya ialah dengan memanfaatkan perbandingan, pertentangan, atau pertautan antara satu hal dengan hal yang lain, yang maknanya sudah dikenal oleh pembaca atau pendengar, seperti majas metafora semacam analogi yang membadingkan dua hal secara langsung, tetapi dalam bentuk singkat (Hasanudin WS. 2002:136). Kalau kita perhatikan lirik lagu di atas banyak menggunakan kata ”ayam”, yang mengandung maksud ”istri” pencipta sendiri.
3. Analisis Unsur Ide dan Suasana Lirik
Berdasarkan analisis bentuk pantun yang terkait dengan kajian analisis musikalitas dan analisis isi lirik, maka lagu Ayam Den Lapeh menggambarkan bagaimana keadaan yang dimaksudkan oleh si pencipta lagu tersebut bahwa si pencipta lagu mengambil ide dari pengalaman rumah tangganya sendiri atau dengan kata lain persoalan ataupun permasalahan yang dialami sendiri oleh pencipta lagu. Jadi suasana yang digambarkan adalah suasana konflik rumah tangga. Dalam hal ini istrinya sendiri yang mengambil suatu jalan dengan meninggalkan dirinya. Betapa pedih hatinya ditinggalkan oleh orang yang sangat ia cintai dan kepedihan itu dituangkan dalam sebuah lirik lagu.
Pada lagu tersebut pencipta mengambil suasana atau latar ataupun setting yang berhubungan langsung dengan dirinya, dan membentuk suasana hati yang sangat kecewa dan remuk-redam. Hal ini bisa diungkapkan dengan alasan bahwa cara untuk menginterpretasikan ide, makna dan suasana yang ada pada sajak dapat dilakukan dengan mengamati dan memperhatikan judul lagu tersebut serta kata-kata yang dominan di pergunakan dalam lirik lagu, yaitu ”Ayam Den Lapeh” (sesuatu yang disayangi dan dikasihi berpisah atau memilih jalan untuk berpisah).
F. Simpulan dan Saran
1. Simpulan
Berdasarkan analisis lirik lagu Ayam Den Lapeh ciptaan Abdoel Hamid (1952) dapat diambil suatu kesimpulan bahwa lirik lagu tersebut tergolong kepada bentuk sajak yang menggambarkan ide, makna dan suasana seseorang yang ditinggalkan oleh orang yang sangat dicintai dan dikasihinya.
Banyak terdapat unkapan-ungkapan, pantun dan sajak serta bahasa-bahasa khas yang terdapat pada lirik lagu Ayam Den Lapeh. Ungkapan, sajak-sajak, dan bahasa-bahasa khas Minangkabau sangat diperlukan oleh seorang guru dalam mengajarkan dan memperkenalkan sastra Minangkabau lewat nyanyian dan lirik sebuah lagu. Dan seorang guru bisa memanfaatkan lirik dan lagu Ayam den Lapeh untuk menggali dan mengambil unsur-unsur yang bermanfaat dalam lagu tersebut, baik itu digunakan sebagai media dalam pembelajaran kesenian khususnya seni musik, media dalam pembelajaran Bahasa dan Sastra Indonesia, serta media dalam pembelajaran Budaya Alam Minangkabau. Peserta didik langsung diberikan pengalaman, observasi, menganalisis, menginterptretasikan, dan mengadakan refleksi serta mengapresiasi kesenian daerah mereka sendiri setelah mereka mempelajari lagu Ayam Den Lapeh. Hal ini sejalan dengan pendekatan Contextual Teaching and Learning (CTL). Mereka langsung menemukan (mengkonstruksi) sebuah pembelajaran lewat media pembelajaran.
Lirik lagu ini mempergunakan permainan bunyi, nada, irama, kata ataupun kalimat-kalimat yang kaya akan unsur-unsur sastra yang sangat diminati oleh masyarakat Minangkabau (Sumatera Barat) khususnya dan Indonesia bahkan sampai ke mancanegara.
Bila ditinjau dari keseluruhan bunyi, nada, irama, kata-kata dan bahasa serta musik yang mendukung lirik lagu Ayam Den Lapeh terlihat kesan bahwa semua unsur-unsur tersebut dapat dengan mudah dipahami dan diminati oleh masyarakat. Hal ini juga ditunjang oleh latar yang bersifat mempromosikan Sumatera Barat secara tidak langsung. Berdasarkan paparan tersebut pulalah lagu Ayam Den Lapeh walaupun sudah dikategorikan kepada lagu lama (oldies song) masih bertahan dan masih lekat dihati penikmatnya sampai sekarang.
2. Saran
Analisis ini dilakukan untuk mendokumentasikan dan melestarikan serta mengapresiasi salah satu karya putra Minangkabau, yaitu lagu Ayam Den Lapeh yang sudah terkenal dari dahulu sampai sekarang dan sampai ke manca negara. Diharapkan lirik lagu Ayam Den Lapeh dapat menjadi sebuah inspirasi dan dapat menyumbangkan sebuah media pembelajaran dalam memasyarakatkan dan menyenangi lagu khas minangkabau.
Diharapkan kepada guru-guru khususnya guru Sekolah Dasar untuk dapat memperkenalkan lagu-lagu daerah Sumatera Barat (Minangkabau) khususnya lagu Ayam Den Lapeh yang kaya akan unsur-unsur sastra dan nilai-nilai kebudayaan Minangkabau, supaya mereka dapat belajar budaya lewat nyanyian.
Hendaknya guru-guru khususnya guru Sekolah Dasar dapat mengambil inti analisis lirik lagu Ayam den Lapeh ini sebagai salah satu contoh atau model bahan dalam mengajarkan pantun.
Hendaknya masyarakat Sumatera Barat (Minang) mencintai dan melestarikan serta mengapresiasi karya-karya seni daerah Sumatera Barat (Minangkabau) itu sendiri.



Daftar Pustaka


A.A. Navis. 1984. Alam Takambang Jadi Guru: Adat dan Kebudayaan Minangkabau. Jakarta. Gravity Press

Atar Semi. 1988. Anatomi Sastra. Padang. Angkasa Raya

Daryanto, SS. 1997. Kamus Bahasa Indonesia Lengkap. Surabaya. Apollo

Desyandri. 1998. Deskripsi Analisis Lagu Ayam Den Lapeh dan Lagu Lah Laruik Sanjo, Suatu kajian Musikologis. Padang. Skripsi S1 Pend. Sendratasik FPBS IKIP Padang.

Hasanuddin WS. 2002. Membaca dan Menilai Sajak, Pengantar Pengkajian dan Interpretasi. Bandung. Angkasa

Jamalus. 1988. Pengajaran Musik Melalui Pengalaman Musik. Jakarta. Depdikbud. Dikti. Proyek Pengembangan LPTK

Jamalus & Hamzah Busroh. 1992. Pendidikan Kesenian I ( Musik). Jakarta. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.

Miller, Hugh.M. (t.t). Introductioan to Musik Guide to Good Listening. Terjemahan oleh, Triyono Brahmantyo. PS. Pengantar Apresiasi Musik.

Mursal Esten. 1978. Kesusasteraan; Pengantar Teori dan Sejarah. Bandung. Angkasa

Nil Ikhsan. 1992. Eksperimentasi Penulisan Aransemen Lagu Daerah Sumatera Barat ”Ayam Den Lapeh. Yogyakarta. Institut Seni Indonesia

R.E. Rangkuti dkk. 1981. Kumpulan Lagu-lagu Daerah (Dilengkapi dengan Akord. Jakarta. CV. Titik Terang

Rizaldi. 1995. Langkah-langkah Memahami Musik. Padang Panjang. ASKI Press

Soeharto. 1986. Belajar Membuat Lagu. Jakarta. PT. Gramedia Widiasarana Indonesia